Monday, November 20, 2006 | Sepur Oh Sepur | Nih, sesuai janji saya di postingan yang tempo hari, saya akan menceritakan pengalaman saya saat pulang ke kampung halaman saya di Malang, naek kereta.
Sore itu, saat jarum jam digital menunjukkan pukul 17.00 (emang jam digital ada jarumnya ya?). Kami ber-7, (saya, Darul, Vindi, Satria, Tempe, Mas Farid beserta Istrinya) berangkat dari kos saya di daerah Ketintang menuju stasiun Wonokromo Surabaya. Karena jarak dari kos ke stasiun agak cukup lumayan jauh, maka kami sepakat men-carter becak untuk menuju stasiun.
Sialnya, hanya tersisa 2 becak di sekitar situ, jadi terpaksa 1 becak ditempati 3 orang, dan sialnya lagi saya kebagian tempat di tengah... (damn it!!) jadi orang-orang bisa dengan bebas melihat saya duduk dengan agak maksa dan mucuk di tengah... (T_T)
Sesampainya di stasiun, saya langsung mengalami apa yang diceritakan Iwan Fals di salah satu lagu-nya...
"Sampai stasiun kereta pukul setengah dua, duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga, kereta tiba pukul berapa..." "Biasanya... Kereta terlambat 2 jam itu biasa..."
Kira² seperti itu liriknya.
Saya kira sudah menjadi rahasia umum, jika kereta api di Indonesia suka "memajukan" jam keberangkatannya, karena itu, jadilah saya menunggu sang Perayap Rel tiba di Wonokromo selama kurang lebih 1 jam...
Singkat cerita kami sudah ada di atas kereta, hanya saja, kami bertujuh sempat terpisah gerbong, karena pada saat naik tidak bersamaan. Saya, Darul dan Vindi berada di gerbong kedua dari belakang, kami duduk di seat yang berkapasitas 4 orang (jika ke arah Malang, seat sebelah kiri), saya duduk dengan Darul, dan Vindi bersama seorang gadis yang memakai jilbab.
Berbeda dengan perjalanan saya yang naik bis, kali ini saya duduk di dekat jendela, jadi saya bebas celingukan tanpa ada seseorang yang protes atau menghalangi.
Di bangku sebelah saya, yang berisi seat untuk 6 orang, ada 2 gadis yang sepintas kelihatan mirip, tapi setelah diteliti ternyata mereka kembar lho!! hehehe... kesempatan nih...
2 bangku di depan saya ada seorang cewek, yang kelihatannya punya keturunan Wong Fei Hung, karena kulitnya yang putih dan matanya yang relatif sipit. "Pemandangan yang indah!!" gumam saya dalam hati. Sesekali saya mencuri pandang kepadanya, dan tidak jarang mata kami saling bertemu selama sekitar 0,9234 detik. Kenapa hanya segitu detik? Karena saya sudah keduluan salah tingkah jika kami saling berpandangan (shit!).
Sebagai permulaan kami ngobrol sedikit dengan gadis berjilbab di samping Vindi. Tapi sebaiknya tidak saya kutip, karena tidak ada hal yang menarik dari diri mbak ini.
15 menit kemudian, ada seorang laki-laki, yang terus terang saya gak kenal, tapi mbak berjilbab ini kenal. Terbukti si mbak ini langsung memanggil si mas tadi. Dan merekapun saling ngobrol (dengan kondisi pada saat itu kami bertiga masih ada di situ). Mereka kelihatannya teman akrab, ini bisa saya lihat dari cara bicara dan tingkah mbak ini yang (maaf) menunjukkan aselinya. Saya sempat melihat Vindi (yang ada di sebelahnya) melirik² si mbak, tanda heran akan tingkahnya. Saya hanya tersenyum melihat Vindi seperti itu.
Beralih dari mbak ini, saya kembali mencuri pandang ke cucu Wong Fei Hung tadi, wih, kali ini dia tidur dengan posisi kepala menghadap ke atas, sehingga kelihatan jelas leher putihnya. Melihat leher seperti itu, saya yakin gak akan ada drakula yang nolak untuk mencucup darahnya, hehehe...
Tapi tak lama kemudian si Putri Huan Zhu itu terbangun dan (lagi-lagi) memergoki saya sedang memandanginya... Spontan saya langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela kereta, dengan jantung berdegup kencang, pastinya.
"sialan!" umpat saya dalam hati.
Sambil menunggu situasi tenang, saya ngobrol² dengan Darul, dan juga Vindi. Tapi saya merasa suara kami bertiga masih kalah oleh suara mbak di samping Vindi ini, dia masih ngobrol dengan temannya tadi.
Sekitar 5 menit tertahan di posisi itu, tiba² teman mbak berjilbab ini mengajak si mbak untuk pindah ke kursi yang masih kosong, dengan harapan agar bisa ngobrol dengan nyaman. Si mbak itu setuju dan singkatnya mereka sudah tak nampak lagi dari hadapan saya.
"habis gelap terbitlah terang" kata saya dalam hati, lega.
Tapi kali ini, Satria, yang sebenarnya sejak tadi mengajak kami untuk pindah gerbong, tiba² datang dan duduk di samping Vindi.
"gelap lagi nih..." ujar saya (lagi² dalam hati).
Lalu Satria mengeluarkan bungkusan kotak bertuliskan blAck capucino, Vindi-pun dengan sigap mengeluarkan korek api berwarna hijau.
Singkatnya, Saya, Vindi dan Satria sudah menyelipkan rokok di mulut masing². Hanya Darul yang tidak (dasar cemen loe!).
Asap-pun mengepul dari mulut kami bertiga, Darul kelihatan menolak pemberian kami yang berupa asap itu. Setelah saya amati, 2 cewek kembar di sebelah Darul juga kelihatan tidak suka dengan keadaan ini.
"kasihan" gumam saya dalam hati. (bukan untuk Darul, tentunya)
Saya mempercepat sedotan saya, sehingga rokok saya dapat cepat habis. (sekali lagi BUKAN karena Darul!)
Sepanjang perjalanan, kami selalu guyon, menanggapi hal² yang sebenarnya gak penting menjadi layak untuk ditertawakan.
Vindi yang dari tadi diam aja akhirnya angkat bicara kepada 2 cewek kembar itu, dia bertanya "mau kemana mbak?" dan dengan ramah salah satu dari mereke menjawab "Lawang".
Melihat Vindi yang sudah memberanikan diri seperti itu, saya jadi ingin juga berkenalan, Seperti lagu-nya Bondan Prakoso feat. Fade2Black yang berjudul 'Siapa Dia'
"Tangan, segera kuayunkan ke depan..." "Dia ngerespon, sip! Akhirnya kita kenalan..."
Kira² hal seperti di atas yang saya lakukan, tapi yang bikin keki nih, si brengsek Satria malah ngetawain saya dengan keras. BAJINGAN!. Selama sekitar 1,9847 detik saya sempat tengsin, tapi saya akhirnya cuek karena si mbak yang tadi menjawab pertanyaan Vindi menyambut tangan saya untuk berjabat. "Agung" kata saya, dan si mbak pun menjawab "Vian, dan ini Vivian" sambil memperkenalkan saudaranya yang duduk di sebelahnya.
Tapi sialnya, perkenalan itu saya lakukan tepat sebelum mereka turun di stasiun Lawang, sehingga saya tidak sempat memperoleh nomor HP si Vian maupun Vivian...
Pokoknya saya senang sudah dapat kenalan di atas kereta api dalam perjalanan pulang ke Malang.
Next Time, Minta Nomor HaPe Dunk!!!!
regards,
curnie da train hijackerLabels: experience | bikinan si penyu jam 16:14, | | | | kita orang : | | yang seger : | | arsip : | | links : | | | |